Jumat, 21 Agustus 2009

Senjata Gabah




PROTES KERAS TERHADAP PEMBUNUHAN RAKYAT DESA SEKITAR HUTAN OLEH PERUM PERHUTANI


Yaimin, mati ditembak aparat keamanan hutan di hutan jati Perhutani KPH Madiun Selasa kemarin (6 Mei 2008). Di dada Yaimin bersarang 4 peluru. Yaimin diduga mencuri kayu bersama rekan-rekannya. Warga membantah Yaimin bergerombol di hutan, Yaimin hanya sendirian, menurut mereka.

Empat peluru! Untuk Yaimin seorang diri.

Belum genap 2 minggu berselang, tanggal 23 April 2008 tiga orang pencari kayu ditembak di hutan jati Perhutani KPH Bojonegoro. Dua tewas, satu orang kini dalam kondisi kritis.

Keamanan hutan tentu saja hal yang dirisaukan, dan Perhutani pun kemudian menggembar-gemborkan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) sebagai salah satu langkah melibatkan masyarakat dalam pengelolaan dan pengamanan hutan. Bersama Masyarakat? Bukankah para penjajah telah silih berganti mengelola hutan bersama masyarakat? Mereka yang mengeruk hasil panen kayunya, masyarakat yang bersusah payah menanam dan memelihara pohonnya selama puluhan bahkan ratusan tahun.

Bukankah Perhutani sudah selama ini mengelola hutan bersama masyarakat? Perhutani yang menembak dalam rangka pengamanan hutan, masyarakat yang menjadi korban; juga dalam rangka yang sama.

Sedikit yang tahu bahwa Cipto, korban tewas dalam penembakan di KPH Bojonegoro baru-baru ini, adalah anggota Lembaga Masyarakat Desa Hutan; sebuah lembaga yang didirikan untuk bekerjasama dengan Perhutani dalam kerangka PHBM.

Kematian! Bagi rakyat kecil pencari kayu yang telah bergiat dalam PHBM.

Belum kering tanah kubur mereka, Administratur KPH Bojonegoro berencana menaikkan pangkat kepada pelaku penembakan. “Ketujuh polisi hutan tersebut telah berjasa mengamankan hutan,” katanya. Tak kurang Menteri Kehutanan M. S. Kaban mengirim SMS yang mendukung Administratur KPH Bojonegoro.

Kenaikan pangkat! Untuk pembunuh rakyat.

Kami muak dengan kekerasan yang dilakukan oleh Perum Perhutani dan aparat pengamanan hutan. Yang dengan arogan, atas nama keamanan asset negara, tega menganiaya, menembak, dan membunuh rakyat desa sekitar hutan. Mereka yang miskin dan terdesak. Sejak tahun 1998 kami mencatat setidaknya telah jatuh 100 korban!

100 korban! Demi keamanan hutan yang dirampas dari para korbannya sendiri.

Seratus korban, 31 nyawa melayang, 69 luka-luka dianiaya atau ditembak aparat keamanan hutan. Agar Perum Perhutani, perusahaan pengelola hutan dapat dengan tenang menciptakan keuntungan tiap tahunnya? Hutan bukan milik perusahaan. Bukan milik Perhutani. Hutan adalah milik rakyat. Adalah milik rakyat yang telah ratusan tahun dirampas oleh penjajah dan belum pernah dikembalikan.

Kami menuntut agar keadilan ditegakkan. Pelaku pembunuhan dan pelanggaran HAM diusut, diadili, dan dijatuhi hukuman yang setimpal.

Kami menuntut kepada semua pihak agar menghentikan segala bentuk kekerasan dan melucuti senjata api dari sistem pengamanan hutan.

Kami menuntut agar hutan yang selama ini dikelola Perum Perhutani dikembalikan kepada rakyat agar dikelola dengan lebih baik.

Kami menyerukan kepada semua organisasi tani, serikat tani, kelompok tani, organisasi masyarakat agar menghentikan segala bentuk kerja sama dengan Perum Perhutani.

Hari ini juga!

Jangan tunggu korban ke-101!

Lidah Tani
Blora
lidahtani@gmail.com


SAME OLD STORY!



58. Diduga Mencuri Kayu, Yaimin Tewas Diterjang 4 Timah Panas

http://surabaya.detik.com/indexfr.php?url=http://surabaya.detik.com/index.php/detailberita.main/y/2008/m/05/d/06/tts/230433/idkanal/475/idnews/935087/

Selasa, 06/05/2008 23:04 WIB

Waskito Andiyono – DetikSurabaya
Madiun - Seorang warga Dusun Kedung Dawung Desa Wonorejo Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun, tersungkur tewas setelah dadanya diterjang 4 timah panas.

Warga naas itu bernama Yaimin (40). Informasi yang dikumpulkan, korban yang bersama 4 kawannya diduga sedang melalukan pencurian kayu di hutan petak 48-50 KPH Madiun, Selasa (6/5/2008) pukul 17.00 WIB.

Namun naas, saat itu patroli gabungan polisi hutan dan anggota dari Polwil Madiun sedang melintas. Mendengar suara aktivitas penebangan kayu, para petugas itu pun curiga.

Setelah mencari sumber suara, ternyata petugas melihat ada 5 orang yang sedang menebang kayu. Melihat aksinya diketahui, 5 orang itu berusaha kabur dari sergapan petugas.

Namun naas, salah satu dari mereka harus kehilangan nyawanya setelah seorang anggota polisi Bripka H melepaskan tembakan. Salah satu warga yang tersungkur itu adalah Yaimin, sedangkan 4 rekannya lolos.

"Petugas yang patroli memergoki mereka sedang menebang hutan. Dan mereka kabur begitu petugas mendekat," kata Kapolwil Madiun Kombes Tampubolon kepada wartawan di Mapolwil Madiun, Selasa malam. (bdh/gik)

58. Penembakan di Hutan Madiun
Warga Mengamuk, Rumah Petugas Perhutani Dihujani Batu

http://surabaya.detik.com/indexfr.php?url=http://surabaya.detik.com/index.php/detailberita.main/y/2008/m/05/d/06/tts/231811/idkanal/475/idnews/935089/

Selasa, 06/05/2008 23:18 WIB

Waskito Andiyono - DetikSurabaya
Madiun - Tewasnya Yaimin (40) yang ditembak polisi karena diduga kepergok sedang mencuri kayu di hutan, memicu kemarahan warga Dusun Kedung Dawung Desa Wonorejo Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun.

Rumah milik Agus, seorang Mantri Hutan RDH Blabakan pun dirusak.

Amuk massa itu mengakibatkan rumah Agus rusak berat. 500an warga dengan emosional melempari rumah Agus itu dengan bebatuan.

Selain bagian atap, jendela dan seisi rumah berantakan. Infomarsi yang dihimpun, Agus berhasil menyelamatkan diri.

Sebelum merusak rumah petugas perhutani itu, massa terlebih dulu mendatangi Mapolsek Mejayan. Mereka meminta pertanggungjawaban atas kematian salah satu warganya.

Namun tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan, warga yang sudah emosional itu pun langsung bergerak menuju rumah Agus yang hanya berjarak 200 meter dari mapolsek.

Setelah puas merusak, warga pun berangsur-angsur membubarkan diri. Namun mereka akan mengancam akan demo dengan jumlah massa yang lebih besar.

Untuk menghindari amuk massa susulan, puluhan polisi menjaga rumah Agus. (bdh/gik)


58. Penembakan di Hutan Madiun
Diduga Penembak Yaimin, Satu Polisi Diamankan

http://surabaya.detik.com/indexfr.php?url=http://surabaya.detik.com/index.php/detailberita.main/y/2008/m/05/d/06/tts/233428/idkanal/475/idnews/935091/

Selasa, 06/05/2008 23:34 WIB

Waskito Andiyono - DetikSurabaya

Madiun - Buntut dari tewasnya Yaimin, seorang warga yang kepergok menebang kayu di hutan, Polwil Madiun menyatakan sudah menahan anggotanya yang diduga melakukan penembakan.

Anggota polisi yang menembak yang menyebabkan Yaimin (40) tewas dengan 4 luka tembak adalah Bripka A.

"Sekarang sudah diamankan," kata Kapolwil Madiun Kombes Tampubolon kepada wartawan di Mapolwil Madiun, Selasa (6/5/2008) malam.

Menurut Tampubolon, penembakan itu terjadi karena korban dan 4 kawannya berusaha melarikan diri saat kepergok petugas gabungan dari Polisi Hutan dan Polwil Madiun sedang menebang pohon di petak 48-50 KPH Madiun.

"Petugas saat patroli mendengar ada suara aktivitas penebangan kayu. Saat didekati ada lima orang yang menebang kayu. Petugas memperingatkan, tapi mereka lari," kata Tampubolon.

Sedangkan jenazah korban yang berasal dari Dusun Kedung Dawung Desa Wonorejo Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun. langsung dibawa ke RSU Dr Sudono untuk dilakukan otopsi.

"Kita akan lakukan pemeriksaan," janji Tampubolon. (bdh/gik)

58. Penembakan di Hutan Madiun
Ratusan Warga dan Kapolres Sambut Jenazah Yaimin

http://surabaya.detik.com/indexfr.php?url=http://surabaya.detik.com/index.php/detailberita.main/y/2008/m/05/d/07/tts/042107/idkanal/475/idnews/935115/

Rabu, 07/05/2008 04:21 WIB

Waskito Andiyono - DetikSurabaya
Madiun - Kedatangan jenazah Yaimin (40) yang diduga ditembak polisi Polwil Madiun karena kepergok sedang menebang kayu di hutan Jati disambut isak tangis.

Ratusan warga RT 07 RW 02 Dusun Kedung Dawung Desa Wonorejo Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun yang memenuhi rumah duka tak mampu menutupi kesedihannya.

Supartin (35), istri korban tak kuasa menahan tangis saat jenazah suaminya diturunkan dari mobil ambulan. Dia langsung jatuh pingsan dan dilarikan ke rumah kerabat yang kebetulan lokasinya bersebelahan dengan rumahnya.

Selain meninggalkan seorang istri Yaimin juga meninggalkan seorang putra yang baru berusia 4 tahun.

Jenazah korban tiba di rumah duka dini hari ini Rabu (7/5/2008) sekitar pukul 01.15 WIB setelah dilakukan otopsi di RSU Dr Sudono Madiun sejak pukul 18.00 Selasa (6/5/2008).

Kapolres Madiun AKBP Andy Hartoyo yang didampingi para perwira Polresta Madiun turut menyambut kedatangan jenazah.

Sebelum meninggalkan rumah duka, Kapolres berjanji akan mengusut tuntas kasus penembakan ini.

"Siapapun pelakunya kita akan tindak sesuai dengn hukum. Dan saya mohon keluarga tabah dan sabar atas musibah ini," katanya.

Yaimin tewas setelah dadanya diterjang 4 timah panas. Informasi yang dikumpulkan, korban yang bersama 4 kawannya diduga sedang melakukan pencurian kayu di hutan jati petak 48-50 KPH Madiun, Selasa (6/5/2008) pukul 17.00 WIB.

Namun naas, saat itu patroli gabungan polisi hutan dan anggota dari Polwil Madiun sedang melintas. Mendengar suara aktivitas penebangan kayu, para petugas itu pun curiga.

Setelah mencari sumber suara, ternyata petugas melihat ada 5 orang yang sedang menebang kayu. Melihat aksinya diketahui, 5 orang itu berusaha kabur dari sergapan petugas.

Namun naas, salah satu dari mereka harus kehilangan nyawanya setelah seorang anggota polisi Bripka H melepaskan tembakan. Salah satu warga yang tersungkur itu adalah Yaimin, sedangkan 4 rekannya lolos. (gik/gik)






57. Dua Pembalak Tertembak di Bojonegoro
http://www.kompas.com/read.php?cnt=.xml.2008.04.23.21590989&channel=1&mn=2&idx=4
Kompas Rabu, 23 April 2008 | 21:59 WIB
BOJONEGORO, RABU- Dua orang tewas seketika dan satu orang lagi luka serius akibat tertembak senjata yang digunakan petugas Polisi Hutan Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Bojonegoro, Jawa Timur. Kedua korban tewas adalah Bambang (28), warga Desa Babad, dan Sucipto (28), warga Desa Pejok; keduanya di Kecamatan Kedungadem, Bojonegoro.
Sedangkan korban luka adalah Budiono (24) dari Desa Babat, Kecamatan Kedungadem. Ia mengalami luka berat akibat terserempet peluru pada leher hingga tembus di muka bagian depan.
Penembakan itu terjadi pada Rabu (23/4) siang di kawasan hutan jati Desa Ndrenges, Kecamatan Sugihwaras, ketika korban dan puluhan orang lainnya sedang melakukan pembalakan di wilayah KPH Bojonegoro. Hingga malam ini kedua jenazah masih diautopsi di Rumah Sakit Umum Daerah Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro. Kerabat dan keluarganya juga masih menunggui jenazah itu selesai diautopsi.
"Kejadiannya bagaimana, sekarang masih diusut Polres Bojonegoro," kata Kepala Kepolisian Sektor Kedungadem, Ajun Komisaris Sunarmin yang ditenui di RSUD Sosodoro Djatikoesoemo.
Ditemui secara terpisah, Kepala Polsek Sugihwaras Ajun Komisaris Boel Hutasoit, mengaku belum tahu persis kronologis kejadian tertembaknya dua warga di Kedungadem itu. Akan tetapi, katanya, kedua korban tertembak senjata api Polhut KPH Bojonegoro.
Puluhan orang
Menurut keterangan, siang itu sejumlah polisi hutan sedang berpatroli di kawasan hutan jati di petak 30 dengan berjalan kaki menuju petak 18, sambil membawa senjata serbu jenis MP 1 A 1 buatan Pindad Bandung. Di perjalanan, dia mendengar ada sejumlah pohon roboh.
Dari lokasi petak 18 yang lokasinya di ketinggian, polisi mereka melihat ada sekitar 30 orang sedang menebang pohon jati. Para polisi hutan itu kemudian berusaha menghalau para pembalak dengan melepaskan tembakan peringatan ke udara.
Mendengar tembakan, seorang pembalak berteriak dan meminta rekan-rekannya berkumpul untuk menyerbu petugas sambil melempari batu, sehingga terjadilah aksi penembakan dengan jatuhnya dua orang tewas dan seorang lainnya luka tembak.
Akan tetapi, seperti dikatakan polisi setempat, sampai sejauh ini informasi mengenai kronologi penembakan masih dalam penyelidikan. (ANT)
57. Polisi Hutan Tembak Mati Pencari Kayu,
http://www.surya.co.id/web/index.php?option=com_content&task=view&id=42808&Itemid=149
Surya Thursday, 24 April 2008
Bojonegoro - Surya-Nasib nahas dialami tiga warga Kecamatan Kedungadem, Bojonegoro, Rabu (23/4) siang. Ketiganya tertembak peluru senapan Polisi Hutan (Polhut) saat bersama 30-an orang mencari kayu di Alas Jati Sekidang, Desa Bareng, Kecamatan Sugihwaras, Bojonegoro. Akibat tembakan oknum Polhut bernama Supriyanto, dua warga tewas seketika, dan seorang lagi kritis. Korban tewas adalah Bambang Sutedjo, 28, warga Desa Babad Kidul, Kecamatan Kedungadem; dan Cipto, 33, warga Desa Pejok, Kecamatan Kedungadem.

Sedangkan Suprayitno alias Yudono, 40, warga Desa Babad Kidul, Kecamatan Kedungadem, luka tembak di pelipis kanan. Saat ini Suprayitno tergolek kritis di RS Aisyiyah Muhammadiyah Bojonegoro.

Informasi yang dihimpun menyebutkan, Rabu pagi itu tiga korban bersama 30-an temannya berangkat ke Alas Jati Sekidang untuk mencari kayu. Menurut warga, kegiatan Bambang dan rekan-rekannya itu rutin dilakukan setiap hari. Namun, saat Bambang dan teman-temannya makan siang di tengah hutan, tiba-tiba ditembaki oleh Polhut setempat.

Begitu mendengar suara tembakan dan ada yang tewas, warga sekitar geger. Sejumlah aparat kepolisian langsung turun ke TKP untuk mengantisipasi amarah warga.

Dua jenazah korban tewas dievakuasi ke RSUD dr Sosodoro Djatiekoesoemo untuk diotopsi. Rabu petang, perwakilan tim dokter, dr Soepadjar mengatakan, bahwa di kepala Bambang Sutedjo terdapat lubang selebar 2 cm yang berada di bawah telinga hingga tembus di sebelah kanan hidungnya. Bambang tertembak dari belakang. Ia meninggal karena pembuluh darahnya pecah dan tulang tengkorak belakang pecah.

Kondisi Cipto lebih mengenaskan. Peluru menembus dari depan dahi hingga tengkorak belakang. Akibatnya, peluru menembus otak dan beberapa pembuluh darahnya pecah. Lubang di dahi Cipto selebar 2 cm, sedang lubang di tengkorak belakang selebar 3 cm.

Dugaan awal Polhut sebagai pelaku penembakan kemudian diakui Administratur (ADM) Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro, Harmono. Menurut Harmono, saat kejadian, Polhut yang berada di RPH (Resort Pemangku Hutan) Sekidang, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Bareng, adalah Polhut Supriyanto yang menjabat Manteri Hutan Bareng.

Rabu pukul 18.00 WIB, diantarkan Harmono, Polhut Supriyanto, 33, menyerahkan diri ke Mapolres Bojonegoro bersama teman-temannya. Tersangka bersama enam temannya diperiksa intensif. Kepada penyidik, tersangka mengaku terpaksa melakukan penembakan karena dalam posisi tertekan dan terancam.
“Kami telah menetapkan yang bersangkutan sebagai tersangka,” kata Kapolres Bojonegoro AKBP Agus Syariful Hidayat.

Kata Agus, tersangka mengakui ia menembak kerumunan pencuri kayu yang melemparinya batu. Ia mengaku hanya membela diri. Penyidik akan memanggil sekitar 30 warga yang diduga melakukan penebangan hutan di kawasan RPH Sekidang.

ADM Perhutani KPH Bojonegoro Harmono menegaskan, yang dilakukan anak buahnya adalah pembelaan diri. Penembakan dilakukan saat para petugas Perhutani termasuk Supriyanto, melihat 30-an orang bergerombol di tengah hutan. "Saat didekati, korban Bambang dan gerombolannya malah berteriak sambil melempari batu," kata Harmono.

Merasa terancam, Supriyanto memberi tembakan peringatan ke udara. Namun karena tak dihiraukan dan para pencari kayu itu terus melempari petugas dengan batu, Supriyanto panik lalu mengarahkan tembakannya ke arah depan.

Di Mapolres, Supriyanto, warga Jl Sawunggaling, Kota Bojonegoro, menceritakan peristiwa yang sangat cepat dan posisi kejadian di tengah hutan dengan medan sedikit miring itu.
Supriyanto mengatakan, awal kejadian saat dirinya berpatroli bersama enam rekannya. Kebetulan hanya dirinya yang membawa senapan, karena menjabat sebagai Pengelolaan Lingkungan Hidup (PLH) Manteri Hutan Bareng.

Sekitar pukul 09.05 WIB, tiba-tiba dari kejahuan ia mendengar suara orang menebang pohon jati menggunakan gergaji dan kapak. Ia mendekat dan melihat sekitar 30 orang menebang pohon. “Awalnya kami hanya mengingatkan agar mereka menghentikan aksinya. Namun tiba-tiba salah satu di antara mereka berteriak mengumpulkan temannya,” kata tersangka.

Seketika, sekitar 30 blandong menyerang tujuh polisi hutan menggunakan batu dan kapak. Supriyanto yang membawa senjata api jenis PM1-A1 langsung memberi tembakan peringatan ke udara. “Karena para blandong terus menyerang, terpaksa kami menembak bagian bawah kerumunan orang tersebut,” tegas Supriyanto.

Setelah melepas tembakan, beberapa blandong tergeletak dan ia bersama temannya yang lain menyelamatkan diri dengan cara meninggalkan lokasi penembakan. “Kami sungguh-sungguh hanya menjalankan tugas. Kami bingung. Kalau tidak menembak, kami yang akan dibunuh mereka. Sebab, warga membawa kapak dan gergaji,” sambungnya. bjt
57. Dua Pencari Kayu Tewas Tertembak
http://www.liputan6.com/news/?id=158361&c_id=2
Korban penembakan yang terluka.

23/04/2008 18:30 Kasus Penembakan

Liputan6.com, Bojonegoro: Dua orang pencari kayu hutan di Kecamatan Kedung Adem, Bojonegoro, Jawa Timur, tewas tertembus peluru, belum lama ini. Jenazah Cipto dan Bambang kini masih diotopsi di Rumah Sakit Umum Sosodoro Djatikoesomo, Bojonegoro. Seorang korban lain bernama Yudiono yang tertembus peluru di leher kondisinya kritis dan kini dirawat di RS Muhammadiyah.

Menurut keterangan saksi, insiden itu terjadi saat korban sedang istirahat makan setelah lelah mencari kayu bakar. Tiba-tiba terdengar suara letusan. Belum jelas pihak yang melakukan penembakan. Warga menduga peluru itu berasal dari senjata polisi hutan yang tengah bertugas. Namun, pihak Perhutani Bojonegoro sampai saat ini belum bersedia memberikan keterangan resmi mengenai insiden tersebut.(ADO/Mohammad Khodim)

57. Penembakan Dua Pencari Kayu
Tertembak dari Belakang, Tengkorak Bambang Pecah
http://www.beritajatim.com/index.php?url=http://www.beritajatim.com/index.php/tahun/2008/bulan/04/tgl/23/idnews/290db70122024b966676c5ca55e67d21&newsid=40323
Rabu, 23/04/2008 20:00 WIB
Reporter: Abdul Qohar

Bojonegoro - Setelah menerima dua jenazah korban penembakan, tim dokter RSUD dr Sosodoro Djatiekoesumo langsung melakukan otopsi. Hasilnya baru diketahui sore tadi, Rabu (23/4/2008) pukul 17.00 WIB.

Perwakilan tim dokter, dr Soepadjar, kepada beritajatim.com mengatakan, bahwa di kepala Bambang Sutedjo (28) warga Desa Babat Kidul, Kecamatan Kedungadem, terdapat lubang selebar 2 cm yang berada di bawah telinga hingga tembus di sebelah kanan hidungnya.

Bambang tertembak dari belakang dengan sudut kemiringan sampai 46 persen. Ia meninggal disebabkan pembuluh darahnya pecah dan tulang tengkorak belakang pecah.

Sementara itu kondisi Cipto (33) warga Desa Pejok, Kecamatan Kedungadem, Bojonegoro, tewas, lebih mengenaskan. Sebab, peluru menembus dari depan dahinya hingga ke tengkorak belakangnya. Akibatnya, peluru menembus otak dan beberapa pembuluh darahnya pecah.

"Korban yang satu ini lebih banyak pendarahannya dibandingkan dengan korban Bambang," kata Soepadjar.

Diterangkan, lubang di dahi Cipto selebar 2 cm. Sedangkan lubang di tengkorak belakang lebih lebar 1 cm, yakni 3 cm. Kemungkinan karena kedekatan menembak, sehingga proyektil tidak ada yang tersisa di tubuh korban. Peluru lolos begitu saja menembus kepala korban.(dul/bj0)

57. Dua Pencari Kayu Tewas Tertembak
Dewan Minta Polisi Periksa Atasan Tersangka
http://www.beritajatim.com/index.php?url=http://www.beritajatim.com/index.php/tahun/2008/bulan/04/tgl/24/idnews/beeb6c4c36641f6c141372fb4410d558&newsid=40349
Kamis, 24/04/2008 14:00 WIB
Reporter : Abdul Qohar

Bojonegoro - DPRD Kabupaten Bojonegoro meminta seluruh orang atau lembaga yang terlibat dalam kaasus insiden penembakan di Alas Jati Kidang harus diperiksa, termasuk atasan tersangka Supriyanto.

Hal ini seperti yang dikatakan Ketua Komisi A DPRD Bojonegoro, Agus Susanto Rismanto, SH kepada beritajatim.com, Kamis (24/4/2008).

Menurut Agus, dalam kasus ini polisi diminta harus tegas. Sebab, kasus ini bisa dibilang adalah pelanggaran HAM berat.

"Bagaimanapun juga, yang namanya penegak hukum atau penjaga aset negara harus sesuai dengan kewenangannya. Jangan sampai bertindak yang merugikan masyarakat kecil," kata Agus.

Ditambahkannya, walaupun tersangka dan pimpinannya yakni Administratur (Adm) Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro, Harmono mengatakan langkah yang diambil tersebut adalah langkah membela diri, tetap tidak dibenarkan secara hukum.

Sebab, saat kejadian polisi hutan yang bertugas membawa senjata api, sedangkan korban dan puluhan warga lainnya hanya bersenjatakan kampak dan batu.

"Kalau memang terpaksa, seharusnya tindakannya tidak seperti itu," ujarnya.

Agus menambahkan, mengenai kasus ini, pihaknya menegaskan akan turut mengawal pengusutan hingga tuntas. jadi, tidak hanya tersangka yang diperiksa polisi. Tapi petugas kepolisian harus juga memperdalam penyidikan hingga atasan tersangka.

"Sebab bisa jadi tersangka hanya menjalani tugas jabatannya saja," pungkasnya.[kun]

57. Dua Pencari Kayu Tertembak
Polres Bojonegoro Tahan Tersangka di Mapolres
http://www.beritajatim.com/index.php?url=http://www.beritajatim.com/index.php/tahun/2008/bulan/04/tgl/24/idnews/33bedbbf5f4322acc36ecf15bd34cc57&newsid=40348
Kamis, 24/04/2008 13:36 WIB
Reporter : Abdul Qohar

Bojonegoro - Setelah diperiksa kurang lebih 4 jam sejak pukul 18.30 WIB, Rabu (23/4/2008) malam, penyidik Polres Bojonegoro akhirnya langsung menahan tersangka kasus penembakan warga di Alas Jati Sekidang, Supriyanto di tahanan Mapolres Bojonegoro.

Hal ini diungkapkan Kapolres Bojonegoro, AKBP Agus Syariful Hidayat kepada beritajatim.com, Kamis (24/4/2008).

"Saat ini kita masih menahan satu orang tersangka yang membawa senapan yaitu saudara Supriyanto," kata AKBP Agus Syariful Hidayat.

Selain menangkap Supriyanto yang saat kejadian membawa senjata, pihak Polres Bojonegoro juga mengamankan barang bukti yang ditemukan di TKP diantaranya senjata api jenis PM 1-A1 yang dipakai tersangka menembak korban, 3 buah gergaji tangan, 3 kampak dan 1 gagang kampak serta 5 buah sandal.

Ditambahkan Agus, untuk pengembangan kasus tersebut, pihaknya akan berencana memperiksa 6 saksi lain yang berada di dekat tersangka saat kejadian. Dan keenam saksi tersebut adalah anggota polisi hutan.

Tidak hanya itu, penyidik juga akan mencari saksi dari warga yang sampai saat ini identitasnya masih belum diketahui.[kun]

57. Pencari Kayu Tertembak
Polisi Hutan Akui Tembak Bambang dan Cipto
http://www.beritajatim.com/index.php?url=http://www.beritajatim.com/index.php/tahun/2008/bulan/04/tgl/23/idnews/0dd53c8891cc022924207db32a860bb4&newsid=40304
Rabu, 23/04/2008 17:50 WIB
Reporter : Abdul Qohar


Bojonegoro - Kasus penembakan yang menewaskan dua warga Desa Babad Kidul, Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro, di Alas Jati Sekidang Desa Bareng Kecamatan Sugiwaras, akhirnya terkuak.

Penembakan yang menewaskan dua korban yakni Bambang Sutedjo (28) dan Cipto (33), di duga kuat dilakukan dilakukan oleh Pengelolaan Lingkungan Hidup (PLH) Manteri Hutan Bareng, Supriyanto karena diketahui sedang berada di RPH (Resort Pemangku Hutan) Sekidang, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Bareng.

Hal ini diungkapkan Administratur (Adm) Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro, Harmono bahwa penembakan itu dilakukan saat 10 petugas dari Perhutani yang juga termasuk Supriyanto, melihat 30 orang bergerombol ditengah hutan.

"Saat didekati, korban Bambang dan gerombolannya tersebut malah berteriak sambil melempari batu kepada 10 petugas polisi hutan tersebut," kata Harmono saat dikonfirmasi beritajatim.com, Rabu (23/4/2008).

Merasa terancam, lanjut Harmono, Supriyanto salah satu polisi hutan yang membawa senapan yang sampai saat ini belum diketahui jenisnya, memberikan tembakan peringatan tiga kali ke udara.

Namun seakan tidak menghiraukan tembakan peringatan tersebut, Supriyanto panik dengan mengarahkan tembakannya ke depan untuk mengamankan dirinya yang sembari tadi bersama 10 petugas lainnya dilempari oleh korban dan rekan-rekannya.

Sampai saat ini, pihak Perhutani Bojonegoro akan menyelidiki kasus tersebut lebih lanjut. Dan rencananya, pihak Perhutani Bojonegoro akan mengkoordinasikan kasus terkait dengan Kepolisian setempat untuk melihat duduk persoalan yang sebenarnya.[kun]

57. Menyerah, Tersangka Penembakan Diperiksa Intensif
http://www.beritajatim.com/index.php?url=http://www.beritajatim.com/index.php/tahun/2008/bulan/04/tgl/23/idnews/27cef5e32aec7ca8ff6af886e6dbb7e9&newsid=40326
Rabu, 23/04/2008 23:06 WIB
Reporter: Abdul Qohar

Bojonegoro � Setelah kembali ke kantor Perhutani KPH Bojonegoro di Jl Imam Bonjol, tersangka penembakan dua warga Kecamatan Kedungadem yang meninggal dunia, Supriyanto (33) menyerahkan diri ke Mapolres Bojonegoro.

Tersangka datang ke Polres Bojonegoro, Rabu (23/4/2008) pukul 18.00 WIB, diantarkan Administratur (ADM) KPH Bojonegoro, Harmono, dan beberapa temannya. Selanjutnya, tersangka bersama enam temannya yang lain diperiksa secara intensif oleh penyidik Polres Bojonegoro. Kepada penyidik, tersangka mengakui terpaksa melakukan penembakan, karena dalam posisi tertekan dan jiwanya terancam.

Walaupun begitu, sampai saat ini belum diketahui secara lengkap apa hasil pemeriksaan terhadap tersangka dan teman-temannya yang lain. Kapolres Bojonegoro AKBP Agus Syariful Hidayat saat dikonfirmasi menerangkan, bahwa pelaku sudah diamankan di Mapolres Bojonegoro dan saat ini tengah diperiksa secara intensif.

"Kami telah menetapkan yang bersangkutan sebagai tersangka penembakan yang menyebabkan dua warga Kecamatan Kedungadem meninggal dunia," kata Agus.

Mantan Kapolresta Blitar itu menerangkan, tersangka mengakui kalau ia menembak kerumunan pencuri kayu yang melemparinya batu. Ia mengaku hanya membela diri saja. "Kami tidak percaya begitu saja, dan tetap akan memeriksa saksi-saksi lainnya," tegas Kapolres Agus.

Diterangkan, setelah selesai memeriksa tersangka Supriyanto, penyidik akan memanggil dan memintai keterangan kurang lebih 30 warga yang diduga melakukan penebangan hutan di kawasan RPH (Resort Pemangku Hutan) Sekidang, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Bareng.

"Kami belum mengetahui siapa saja yang terlibat dalam masalah ini. Siapa saja yang ada kaitannya, akan kami periksa," sambungnya.(dul/bj0)

57. Dua Pencari Kayu Tewas Tertembak
Kalau Tidak Menembak, Kami Yang Terbunuh
http://www.beritajatim.com/index.php?url=http://www.beritajatim.com/index.php/tahun/
2008/bulan/04/tgl/24/idnews/335ebb59c2d4bc89cef80c692c9a10b7&newsid=40325
Kamis, 24/04/2008 01:05 WIB
Reporter: Abdul Qohar

Bojonegoro-Serba salah. Itulah yang dirasakan oleh Supriyanto (33) warga Jl Sawunggaling, Kota Bojonegoro, tersangka penembakan yang menewaskan dua warga Kecamatan Kedungadem, Rabu (23/4/2008) pukul 09.05 WIB.

Kepada beritajatim.com, tersangka bercerita panjang labar mengenai kejadian yang bisa dibilang sangat cepat. Sebab, posisi kejadian di tengah hutan dengan medan sedikit miring.

Supriyanto mengatakan, awal mula kejadian saat dirinya berpatroli bersama enam rekannya yang lain. Kebetulan hanya dirinya yang membawa senapan, karena menjabat sebagai Pengelolaan Lingkungan Hidup (PLH) Manteri Hutan Bareng.

Mereka bertujuh berangkat Rabu (23/4/2008) pukul 02.00 WIB dini hari. Waktu itu cuaca sangat cerah dan kebetulan sedang terang bulan. Patroli sudah biasa dilakukan mulai dini hari, karena waktu-waktu seperti itu biasanya para blandong (pencuri kayu) tengah beraksi.

Tanpa rasa lelah dan takut, ia bersama enam temannya yang lain menyisir hutan jati yang termasuk wilayah RPH (Resort Pemangku Hutan) Sekidang, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Bareng, Desa Bareng, Kecamatan Sugihwaras, Bojonegoro.

Matahari mulai bersinar dan posisinya semakin meninggi. Waktu itu kurang lebih sekitar pukul 09.05 WIB. Tiba-tiba dari kejahuan ia mendengar seperti ada suara orang menebang pohon jati menggunakan gergaji dan wadung (kapak). Ia mulai mendekat dan melihat kurang lebih 30 orang sedang beraksi menebang pohon.

"Awalnya kami hanya mengingatkan kepada mereka untuk menghentikan aksinya. Namun, tiba-tiba salah satu diantara mereka berteriak mengumpulkan temannya," kata tersangka.

Seketika, sebanyak kurang lebih 30 blandong menyerang tujuh polisi hutan itu dengan menggunakan batu dan kapak. Tersentak dengan arogan warga itu, dirinya yang membawa senjata api jenis PM1-A1 dengan amunisi sebanyak 12 butir kaliber 9 mm (senjata buatan pindad untuk standart petugas Perhutani, langsung memberi tembakan peringatan sebanyak lima kali ke udara.

"Para blandong tidak gentar dan malah membabi buta menyerang kami. Terpaksa kami menembak bagian bawah kerumunan orang tersebut," tegas Supriyanto sambil menggelengkan kepala mengingat-ingat kejadian.

Setelah melepas tembakan, beberapa blandong tergeletak dan ia bersama temannya yang lain menyelamatkan diri dengan cara meninggalkan lokasi penembakan. Sementara itu, dirinya juga melihat warga berkerumun menolong temannya yang tergeletak sambil melarikan diri.

"Kami sungguh-sungguh hanya menjalankan tugas saja. Kami bingung. Kalau tidak menembak, kami yang akan dibunuh mereka. Sebab, warga membawa kapak dan gergaji," sambungnya.

Selama ini, dirinya berusaha tegas tidak kompromi dengan para blandong. Apapun akan ditempuh untuk menyelamatkan aset negara dari kerusakan. "Saya siap kalau harus dihukum. Biar nanti pengadilan yang akan menentukannya," tegas tersangka sambil menitikan air mata.(dul/bj0)

57. Akibat Dua Warga Tewas Tertembak
Polres Kirim Pasukan ke Kedungadem
http://www.beritajatim.com/index.php?url=http://www.beritajatim.com/index.php/tahun/2008/bulan/04/tgl/24/idnews/51c2b550a38982c5c07ff61c33b4a05a&newsid=40364
Kamis, 24/04/2008 15:32 WIB
Reporter : Abdul Qohar

Bojonegoro - Takut terjadi aksi brutal warga dari dua desa di Kecamatan Kedungadem, Polres Bojonegoro mengirimkan puluhan anggota ke sekitar tempat kejadian perkara (TKP) dan tempat umum milik pemerintahan.

Hal itu dikatakan Kapolres Bojonegoro, AKBP Agus Syariful Hidayat, kepada beritajatim.com, Kamis (24/4/2008).

Agus mengatakan, pengamanan tersebut dilakukan menyusul adanya informasi sejumlah warga Babad Kidul yang akan mendatangi Mapolsek Kedungadem untuk menuntut pelaku penembakan dihukum seberat-beratnya.

"Sejauh ini kondisi di Mapolsek Kedungadem masih relatif aman dan belum ada gesekan sosial," katanya.

Mantan Kapolresta Blitar itu menerangkan, petugas tetap akan waspada jika sewaktu-waktu terjadi ancaman mendadak. Selain tempat umum, penjagaan juga dilakukan di rumah-rumah milik para personol polisi hutan (polhut).

"Pengamanan itu dilakukkan sewajarnya, karena anggota polhut merupakan warga negara yang membutuhkan perlindungan," sambungnya.

Diterangkan, pada saat ini penjagaan tidak ada perlakuan khusus seperti adanya pengamanan pejabat negara.

Sementara itu hasil pemeriksaan penyidik di Polres Bojonegoro menegaskan, kalau Supriyanto, Manteri Hutan Bareng bagian Pengelolaan Lingkungan Hidup (PLH) KPH Bojonegoro ditetapkan sebagai tersangka sejak tadi malam setelah pemeriksaan dilakukan kepada tersangka.

Tersangka kepada penyidik mengatakan, bahwa dirinya bermaksud memberikan tembakan peringatan kepada warga yang berkerumun, tetapi 5 butir peluru kaliber 9 mm yang terdapat pada senapan api yang dibawanya justru mengarah kepada warga.

Akibatnya, Bambang dan Cipto, keduanya warga Kecamatan Kedungadem, tewas seketika. Sedangkan 5 dari 30 warga yang ada dilokasi mengalami luka-luka akibat terkena serpihan amunisi.

"Saat ini warga yang luka dan dirawat di rumah sakit Aisyah Bojonegoro kondisi sudah membaik dan sebagian telah pulang," terangnya.[dul/kun]

57. Pencari Kayu Tertembak
Dua Korban Alami Luka Tembus di Pelipis dan Punggung
http://www.beritajatim.com/index.php?url=http://www.beritajatim.com/index.php/tahun/2008/bulan/04/tgl/23/idnews/74fde144c79640df7e7ccc94ce993504&newsid=40298
Rabu, 23/04/2008 17:30 WIB
Reporter : Abdul Qohar

Bojonegoro - Dua warga Desa Babad Kidul, Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro, korban tewas tertembak oknum yang diduga petugas Polisi Hutan (Polhut) setempat, saat ini sedang berada di kamar mayat RSUD. Dr. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro, untuk proses otopsi.

Dari pemeriksaan yang telah dilakukan pihak rumah sakit, Bambang Sutedjo (28), warga Desa Babad Kidul, Kecamatan Kedungadem, mengalami luka tempak di pelipis bagian kanan yaitu dibawah telinga hingga tembus dibagian kanan hidungnya.

Sedangkan Cipto (33), warga Desa Pejok Kecamatan Kedungadem, mengalami luka tembak dipelipis kanan dan punggung hingga tembus ke dada.

Menurut warga setempat, yakni Mustaji (30), diketahui kedua korban bersama 20 teman-temannya yang lain berangkat ke hutan Alas Jati Sekidang pada pukul 07.00 WIB, Rabu (23/4/2008) pagi tadi.

Dan menurutnya, kegiatan Bambang dan rekan-rekannya tersebut cukup rutin dilakukan setiap hari untuk mencari recek atau kayu bakar untuk masak sendiri meskipun ada yang dijual.

Namun, dari informasi yang didapatkan Mustaji, saat Bambang dan teman-temannya tersebut sedang makan siang di tengah hutan Alas Jati Sekidang, Desa Bareng Kecamatan Sugiwaras, ditembaki dengan membabi buta oleh orang tidak dikenal yang diduga adalah polisi hutan setempat.

Oleh sebab itu, sampai saat ini warga setempat belum mengetahui berapa jumlah korban secara pasti selain dua orang tewas dan satu luka-luka.

Sementara warga sendiri saat ini juga menyerahkan kasus tersebut ke pihak kepolisian setempat.

Kapolsek Kedung Adem, IPTU Sunarmin saat dikonfirmasi beritajatim.com, meski kini pihak kepolisian sudah melakukan olah TKP dan mengevakuasi korban ke rumah sakit, namun sampai saat ini pihaknya belum bisa memastikan siapa yang menembak ketiga korban tersebut.

"Saya berjanji akan terus mencari siapa pelaku penembakan tersebut. Sampai saat ini, kita sedang melakukan beberapa pemeriksaan terhadap beberapa saksi yang ada," kata IPTU Sunarmin. [kun]

57. Tembakan Polhut Tewaskan Dua Warga
Para Korban Sekadar Mencari Kayu Bakar
http://www.beritajatim.com/index.php?url=http://www.beritajatim.com/index.php/tahun/2008/bulan/04/tgl/24/idnews/f593b9ead8801922f74f0a5329e31486&newsid=40374
Kamis, 24/04/2008 16:56 WIB
Reporter : Abdul Qohar

Bojonegoro - Tudingan tersangka penembakan, Supriyanto (33) warga Jl Sawunggaling, Kota Bojonegoro, yang mengatakan bahwa 30 warga yang berkerumun adalah blandong (pencuri kayu jati), dibantah keras oleh saksi dari warga.

Hal itu seperti diungkapkan Iswanto (28) warga Dusun Kali Kunci, Desa Pejok, Kecamatan Kedungadem, kepada beritajatim.com, Kamis (24/4/2008), di rumahnya.

Iswanto yang sampai saat ini masih shock dengan kematian dua rekannya mengatakan, bahwa apa yang dikatakan oleh manteri hutan, Supriyanto, ada tidak benar. Sebab, saat penembakan dirinya bersama 30 orang lainnya sedang makan. "Kami baru saja datang ke petak 17 di hutan jati kawasan RPH (Resort Pemangku Hutan) Sekidang, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Bareng," katanya.

Waktu itu sekitar pukul 10.00 WIB, dirinya bersama 30 temannya yang lain duduk-duduk santai sambil menyantap bungkusan nasi yang dibawa dari rumah.

"Kami belum sempat mencari kayu bakar (rencek). Sebab, setelah perjalanan jauh, kami makan nasi bungkus beramai-ramai terlebih dahulu," terangnya.

Belum sempat menghabiskan nasi bungkus, tiba-tiba datang polhut yang sedang patroli. Dirinya bersama teman yang lain diam saja.

Namun, tiba-tiba ada suara tembakan yang membuat ia dan para pencari rencek lainnya semburat.

"Kami tidak mengetahui, berapa orang polhut yang datang dan menembak," sambungnya.

Setelah menembaki kerumunan warga yang sedang makan, selanjutnya para pengaman hutan itu melarikan diri. Ia melihat tiga temannya sedang tergeletak, dua diantaranya sudah tidak bernyawa lagi.

"Kami membawa korban pulang dan kami tidak melihat para penembak itu berada di tempat. Perlakuan polhut itu sungguh tidak manusiawi," lanjut saksi mata.

Hal senada juga dikatakan Edi Supangat. Menurutnya, apa yang dikatakan tersangka terkait dengan bentrok dan pelemparan batu oleh warga, semuanya tidak terjadi. Sebab, waktu itu semuanya sedang lahap makan.

"Mereka menembak dari jarak dekat, kurang lebih tiga meter. Polisi tersebut juga tidak memberikan tembakan peringatan," lanjutnya.

Yang disayangkan lagi, korban meninggal Cipto adalah anggota LMDH Jati Kunci, yang tak lain adalah rekanan pemeliharaan hutan milik Perhutani.

"Kami mengutuk perbuatan biadap itu dan meminta polisi mengusut tuntas sampai dengan atasan mereka," katanya.[dul/kun]

57. Pencari Kayu Tertembak
Keluarga Korban Minta Pelaku Dihukum Seberat-Beratnya
http://www.beritajatim.com/index.php?url=http://www.beritajatim.com/index.php/tahun/2008/bulan/04/tgl/23/idnews/4614ebe3b424d6d3ed9d84d0f366598d&newsid=40312
Rabu, 23/04/2008 20:19 WIB
Reporter : Abdul Qohar

Bojonegoro - Pukulan telak menerpa keluarga korban yang tewas tertembak di Alas Jati Sekidang Desa Bareng Kecamatan Sugiwaras, Kabupaten Bojonegoro oleh Polisi Hutan setempat, Rabu (23/4/2008).

Salah satunya adalah keluarga Cipto (33), korban tewas asal warga Desa Pejok Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro.

Sebab menurut ayah Cipto, Tarpi (56), korban adalah tulang punggung keluarganya. Terutama satu anak dan istrinya yang ditinggalkan.

Selama ini, dikatakan Tarpi, anaknya memang sering mencari kayu bakar dihutan. Namun bukan mencuri kayu jati seperti yang menjadi larangan pemerintah.

Dan mengenai tewasnya Cipto, Tarpi menilai tidak ada kemanusiawian yang dilakukan polisi hutan. Oleh sebab itu, rencananya keluarga korban akan menuntut pelaku penembakan.

"Pokoknya, yang menembak anak saya harus dihukum seberat-beratnya," kata Tarpi saat menunggui jenazah anaknya di RSUD. Dr. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro untuk di otopsi sembari terus menangis.

Seperti diberitakan sebelumnya, dua warga Desa Babad Kidul, Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro, dikabarkan telah tewas tertembak oleh petugas polisi hutan di Alas Jati Sekidang Desa Bareng Kecamatan Sugiwaras.

Kedua korban tewas tersebut adalah Bambang Sutedjo (28) dan Cipto (33). Sedangkan satu korban lainnya mengalami luka-luka.[kun]

57. Dua Pencari Kayu Tewas Tertembak
ADM Perhutani Naikkan Pangkat Penembak Dua Warga
http://www.beritajatim.com/index.php?url=http://www.beritajatim.com/index.php/tahun/2008/bulan/04/tgl/23/idnews/21e7b6bc0412d4aaaf4158fdacb1d1ad&newsid=40324
Rabu, 23/04/2008 20:06 WIB
Reporter: Abdul Qohar

Bojonegoro-Walaupun anggotanya telah mengakui menembak dua warga Kecamatan Kedungadem hingga meninggal dunia, Administratur (ADM) Perhutani KPH Bojonegoro, Harmono, mengaku akan memberi reward kepada tujuh polisi hutan (polhut) yang bertugas.

Kepada beritajatim.com, Rabu (23/4/2008), Harmono mengatakan, apa yang dilakukan Supriyanto dan kawan-kawannya adalah demi kelestarian hutan dan menjaga aset negara. Jadi, sudah selayaknya mereka dihargai dan diberi imbalan jasa.

"Rencananya dalam waktu dekat, mereka akan kami naikkan pangkat satu tingkat sesuai golongan mereka. Karena, ketujuh polhut itu sudah berjasa mengamankan hutan," terangnya.

Mengenai Supriyanto, dirinya akan memberi apresiasi khusus. Karena, selain menjadi Pengelolaan Lingkungan Hidup (PLH) Manteri Hutan Bareng, RPH (Resort Pemangku Hutan) Sekidang, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Bareng, yang bersangkutan juga dikenal sangat tegas dalam melaksanakan tugas.

"Kami juga akan mengawal perlindungan hukum mereka dan akan terus melakukan pendampingan," katanya.

Ditanya mengenai keberadaan kasus yang menggegerkan masyarakat sekitar hutan itu, Harmono menegaskan, bahwa semua telah dilaporkan ke beberapa pihak, termasuk Bupati Bojonegoro, Drs Suyoto dan Kapolwil Bojonegoro, Kombes Pol Bambang Suryo Wardjoko.

"Inti laporan kami terkait dengan penyebab kejadian itu berlangsung. Kalau tidak menembak, maka polhut tersebut yang akan dibantai oleh para blandong," terangnya. Kenapa ia berani menyebut blandong ? Alasan kuat adalah ditemukannya beberapa barang bukti, seperti kayu hasil tebangan yang masih di tempat kejadian perkara (TKP), 3 gergaji tangan, tiga buah wadung (kapak), 1 buah gagang wadung dan lima sandal milik warga.

"Kami tidak akan segan-segan melawan para blandong. Sebab, mereka yang selama ini merusak hutan," lanjut Harmono.(dul/bj0)

57. Dua Pencari Kayu Tertembak
ADM Perhutani Bojonegoro di-SMS Menhut
http://www.beritajatim.com/index.php?url=http://www.beritajatim.com/index.php/tahun/2008/bulan/04/tgl/24/idnews/001f35b87b35111bcaf1087426d2884e&newsid=40372
Kamis, 24/04/2008 16:31 WIB
Reporter : Abdul Qohar

Bojonegoro- Penembakan yang dilakukan oknum polisi hutan (Polhut) Perhutani KPH Bojonegoro, Selasa (23/4/2008) kemarin, cepat menyebar melalui media massa.

Terbukti, Menteri Kehutanan (Menhut) MS Ka'ban langsung mengirim short message service (SMS) ke Administratur (ADM) Perhutani KPH Bojonegoro, Harmono.

Isi SMS antara lain, memberikan dukungan moral kepada anggota Polhut yang bertugas menyelamatkan aset negara.

Hal itu dikatakan Administratur (ADM) Perhutani KPH Bojonegoro, Harmono, kepada beritajatim.com, kamis (24/4/2008).

Harmono menerangkan, Menhut menyatakan bangga masih ada anggota yang dengan tegas menindak siapa saja warga yang merusak hutan.

"Menhut juga meminta anggota yang berjasa diberikan reward, agar bisa meningkatkan kinerja untuk personil lainnya," tegasnya.

Ditanya mengenai kelanjutan kasus penembakan oleh anggota polhut, Harmono menegaskan, sebenarnya anggota polhut tersebut tidak bisa dikenakan pasal pidana. Sebab, ada dalam KUHP yang menerangkan bahwa, penyelamat aset negera tidak bisa dijahui hukuman pidana atau penjara.

"Ya, semua itu kami serahkan kepada kepolisian yang sedang menangani kasus ini," katanya.

Diterangkan, hari ini rencananya barang bukti tambahan berupa 10 batang kayu jati yang diduga hasil penebangan liar akan dibawa ke penyidik Polres Bojonegoro.[dul/kun]




Pencuri Tewas Ditembak Rumah Perhutani Dibakar

GROBOGAN - Sagimin (29), warga Towo, Desa Denanyar, Sragen, Sabtu (16/4) tewas ditembak petugas patroli KRPH Dayu KPH Gundih di hutan jati petak 89 Desa Karanganyar Geyer, Grobogan. Sebab, korban diduga sedang mencuri kayu jati di petak itu.

Akibat penembakan itu, massa yang diduga teman-teman korban marah, lalu membakar dua unit rumah dinas petugas Perhutani. Massa juga membakar sebuah mobil selepan dan merusak satu unit rumah yang juga milik petugas Perhutani itu. Sampai sore kemarin petugas Dalmas Polres Grobogan dan aparat Polsek Gundih masih disiagakan di tempat kejadian.

Keterangan yang diperoleh menyebutkan, kejadian itu bermula ketika petugas Polhut Perum Perhutani KPH Gundih sedang berpatroli di KRPH Dayu, Desa Karanganyar, Kecamatan Geyer. Sekitar pukul 00.15, mereka mendengar bunyi pohon ditebang di petak 89. Petugas pun melakukan pengintaian.

Tak lama kemudian, mereka melihat enam orang yang sedang memikul kayu. Tiba-tiba seorang dari enam kawanan pencuri tersebut mendekat ke petugas dan mengarahkan lampu senter.

Untuk berjaga-jaga dari hal yang tak diinginkan, pelaku diperingatkan dengan tembakan yang diarahkan ke atas. Namun, korban berusaha melawan dengan kampak.

Petugas pun kemudian menembak paha kanan pelaku. Dia terus melawan hingga akhirnya petugas menembak tangannya. Upaya itu pun tak menghentikan langkah pelaku, sehingga petugas menembak dadanya.

Tersangka yang luka tembak langsung dilarikan petugas ke RS Yakkum Purwodadi. Namun tak lama kemudian meninggal dunia.

Sekitar pukul 18.00 tiba-tiba sejumlah orang bergerak menuju ke Dusun Dayu. Mereka langsung melakukan pembakaran rumah petugas. Warga setempat yang mengetahui kejadian itu tidak ada yang berani untuk menghentikannya, karena massa membawa senjata tajam.

Administratur Perum Perhutani Gundih Ir Jicky Soeprajitno mengatakan, penembakan bermula ketika ada pencuri kayu yang nekat menyerang petugas meski sudah diperingatkan.

''Pencurinya enam orang, saat diberi peringatan mereka lari. Namun, seorang di antaranya berusaha melawan. Petugas kami lalu mengeluarkan tujuh tembakan, empat ditembakkan ke udara dan tiga diarahkan ke tubuhnya,'' kata Jicky.

Lebih lanjut dia mengatakan, para pelaku diperkirakan berasal dari wilayah Sragen yang berada di daerah perbatasan.

Ditanya soal pembakaran tersebut, dia mengatakan, itu terkait dengan emosi massa. Padahal sebelumnya, baik keluarga, kepala desa, maupun pamong desa sudah menerimanya dengan baik dan tidak ada masalah.

''Kami juga menyerahkan bantuan kepada keluarga korban,'' ujarnya.

Kapolres Grobogan AKBP Drs Bedjo Sulaksono melalui Kasat Reskrim AKP Widi Atmoko SIK menyatakan masih melakukan penyelidikan.

''Kami sudah berkoordinasi dengan Polres Sragen,'' ujarnya. Hingga kemarin pihaknya masih melakukan pengamanan di desa setempat. Setidak-tidaknya beberapa personel Dalmas, anggota reserse, dan petugas Polsek Gundih masih disiagakan. (H3-91t)





Teridentifikasi, Pencuri Kayu yang Tewas Tertembak

KENDAL - Korban tewas akibat terkena tembakan anggota Brimob Kompi I Pekalongan, Bhara (dahulu Bharatu-Red) DH, kemarin telah teridentifikasi. Korban yang diduga kuat salah seorang anggota kawanan pencuri kayu jati di Petak 35D RPH Mangkang, KPH Kendal tersebut adalah Sanusi (25), warga RT 4 RW 5, Dukuh Nolokerten, Desa Nolokerto, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal.

Sanusi tewas dengan luka serius di kepalanya akibat terkena sebutir peluru dari senapan serbu AK 200P. Jenazah Sanusi yang berada di kamar mayat RSUD Dokter Soewondo Kendal, pada Jumat (3/12) pagi telah diambil keluarganya untuk dimakamkan di desanya. Identitas korban penembakan diketahui setelah polisi dan aparat Perhutani datang ke beberapa desa yang diperkirakan sebagai tempat tinggal korban. Saat berada di Desa Nolokerto, aparat mendapati seorang warga sedang mencari saudaranya yang kabarnya ikut mencari di hutan.

Seperti diberitakan, anggota Brimob Kompi I Pekalongan Bhara DH, Kamis (2/12) sekitar pukul 14.30 menembak seorang yang diduga kuat pencuri kayu jati di Petak 35D. Akibat terkena sebutir peluru yang ditembakkan dari senapan AK 2000P itu, korban tewas seketika di kawasan hutan di wilayah Desa Sumberejo, Kaliwungu. Identitas korban penembakan saat itu belum teridentifikasi.

Diserahkan Provos

Peristiwa penembakan berawal ketika aparat gabungan dari Polhutmob Perhutani KPH Kendal bersama Brimob Kompi I Pekalongan berpatroli rutin di kawasan hutan jati RPH Mangkang. Ketika aparat gabungan yang terdiri atas empat anggota Brimob dengan senapan AK 2000P dan dua anggota Polhutmob tiba di petak 35D mendapati lima hingga enam orang sedang memotong beberapa batang kayu jati. Beberapa batang kayu jati yang dipotong menggunakan gergaji manual itu adalah hasil tebangan enam pohon di tempat yang sama.

Kedatangan petugas mengejutkan kawanan pencuri kayu. Mereka lari tunggang-langgang menyebar ke segala arah. Mengetahui kawanan pencuri kayu melarikan diri, Bhara DH melepaskan tembakan. Belum diketahui pasti apakah tembakan tersebut sengaja diarahkan ke kawanan pencuri atau tidak. Yang jelas, dari tembakan itu sebutir peluru mengenai bagian kepala seorang pencuri. Kawanan pencuri lainnya dapat melarikan diri.

"Hingga hari ini, kami masih memburu kawanan pencuri kayu yang melarikan diri. Jenazah korban tewas, Sanusi, telah diambil keluarganya. Tentang penanganan pelaku penembakan, Bhara DH, kami serahkan sepenuhnya ke provos di kesatuannya. Seusai kejadian, dia kami mintai keterangannya. Beberapa saat kemudian, dia dijemput provos Brimob Kompi I Pekalongan, " papar Kapolres Kendal AKBP Drs H Achmad Syukrani saat dihubungi lewat ponselnya, kemarin.(G15-73j)






Pencuri Kayu Tewas Tertembak

  • Penggerebekan oleh Perhutani KPH Mantingan

BLORA - Tim Pengamanan Swakarsa Perum Perhutani KPH Mantingan, Rembang, Rabu sore lalu sekitar pukul 14.00 menggerebek gerombolan pencuri kayu jati di petak 35, RPH Bedingin, BKPH Kalinanas, KPH Mantingan.

Dalam penggerebekan itu seorang pencuri kayu diketahui tewas di tempat kejadian. Diduga, dia terkena tembakan senjata salah seorang petugas Perhutani.

Korban itu bernama Ngadimin (27), warga Desa Ronggokulon, Kecamatan Jaken, Pati. Dia meninggal di tempat kejadian, di tengah hutan jati petak 35. Jenazahnya pada Kamis (16/9) pagi kemarin sekitar pukul 02.50 dibawa ke RSUD Kota Blora untuk dilautopsi.

Kapolres Blora AKBP Drs Zainal Arifin Paliwang melalui Kasatreskrim AKP Johan Setiajid SH ketika dimintai konfirmasi membenarkan adanya peristiwa itu. Dia mengatakan, hingga kemarin pihaknya masih mengusut peristiwa tersebut. ''Memang benar, dan saat ini kami telah melakukan pengusutan,'' ungkapnya ketika ditemui Suara Merdeka, kemarin.

Keterangan yang berhasil dihimpun menyebutkan, peristiwa itu terjadi saat sejumlah anggota tim Pam Swakarsa Perum Perhutani KPH Mantingan melakukan patroli (pengamanan) rutin di kawasan hutan Kalinanas, Blora, Rabu sore sekitar pukul 16.00.

Menebang Jati

Saat berpatroli, tim mendengar suara pohon jati ditebang dan langsung menuju ke arah suara tersebut. Saat tiba di lokasi, yakni di hutan petak 35, mereka mendapati belasan pencuri kayu sedang menebang jati. Tidak diketahui pasti, apakah sempat terjadi perlawanan atau tidak, tiba-tiba salah satu petugas melepaskan tembakan dan mengakibatkan Ngadimin jatuh tersungkur, tewas. Seorang tersangka bernama Tuban berhasil ditangkap.

Setelah tahu ada seorang pencuri kayu yang terluka dan meninggal, tim patroli segera menginformasikan ke Polsek Japah dan Polres Blora.

Mendapat laporan ada pencuri tewas yang diduga tertembak seorang anggota tim patroli hutan, Kasat Reskrim AKP Yohan Setiadjid, Kaur Binops Iptu Subardo, Kapolsek Japah Iptu Slamet Irianto, dan sejumlah anggota meluncur ke tempat kejadian. Polres pun segera mengirim satu satuan setingkat kompi (SSK) ke wilayah Japah.

Karena medannya sangat sulit, rombongan Kastreskrim Johan baru tiba di TKP sekitar pukul 21.30. Sementara itu, jenazah Ngadimin yang dibungkus tikar baru sampai di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Blora pukul 02.50.

Diperoleh keterangan, kemarin sekitar pukul 08.00, tim medis RSUD Blora melakukan autopsi terhadap jenazah Ngadimin. Selanjutnya pihak keluarga membawa pulang ke desanya, Ronggokulon. Ajun Administratur Perum Perhutani KPH Mantingan, Rembang Ir Marsaid ketika dimintai konfirmasi mengatakan, ''Saya belum bisa berkomentar banyak, lagi pusing,'' tandasnya. (ud-15n)



  • Yang Terluka Dibawa Lari Penjarah

GROBOGAN - Penjarahan kayu jati kembali terjadi di hutan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Dorosemi, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Bandungsari, Grobogan pukul 02.30 dini hari kemarin.

Namun berhasil digagalkan tim perintis dan petugas keamanan hutan dari PT Perhutani. Dalam peristiwa itu, Darsono (25), salah seorang pelaku, tewas terkena tembakan. Seorang pelaku lagi yang belum diketahui identitasnya luka parah di bagian punggung. Namun tak berhasil ditangkap karena orang tersebut dilarikan kawanan penjarah ke arah Pati.

Sampai sore kemarin reserse dan tim dari PT Perhutani tengah mengejar pelaku yang belum diketahui identitasnya ke Pati. Petugas dari Polres Grobogan dan Polsek Ngaringan sempat mengejar ke beberapa rumah sakit di Pati. Namun mereka tidak mendapati pasien luka akibat tembakan dirawat di rumah sakit itu. Karena itulah petugas langsung melakukan pengejaran ke beberapa rumah sakit di Kudus, Rembang, Blora, Semarang, dan sekitarnya. Sebab ada kabar pelaku sempat dibawa kabur ke daerah sekitar tempat kejadian, yaitu berada di antara beberapa daerah tersebut.

Kejadian itu sempat membuat panik warga Dusun Kembang Kuning, Desa Sumberagung, Kecamatan Ngaringan. Sebab Darsono (25), warga dusun tersebut yang ikut dalam penjarahan masal dikabarkan hilang. Sebab pukul 08.00 WIB belum didapati pulang. Beberapa warga sempat mencari di hutan RPH Dosoremi. Namun tak ditemukan.

Tidak lama setelah itu warga dan keluarga memperoleh kabar, bahwa Darsono tewas akibat terkena tembakan. Karuan saja mereka terkejut. Bahkan pihak keluarga dikabarkan langsung menangis histeris.

Bersamaan itu tim Polres dikirim ke tempat kejadian guna mengantisipasi berbagai kemungkinan yang tak diinginkan. Sekaligus membantu petugas keamanan hutan dan Polsek Ngaringan dalam mengamankan situasi hutan sekitar RPH Dorosemi.

Polisi mengatakan, sebagian anggota penjarah itu diduga adalah mereka yang beberapa hari sebelumnya gagal melarikan hasil jarahannya akibat tiga mobil pikap yang digunakan untuk mengangkut hasil jarahan ditembaki ban depannya oleh petugas.

Dikatakan, penjarah beranggotakan 125 orang lebih itu belum sempat menebang kayu dalam jumlah besar. Sebab diduga baru mempersiapkan peralatan tebang, keburu dipergoki tim patroli. Mereka lari tunggang langgang karena mendengar tembakan peringatan.

Tidak diketahui posisi Darsono dan temannya yang terkena tembakan. Sebab di tempat kejadian dalam keadaan gelap gulita. Tim pengamanan hutan itu terdiri atas petugas perintis Polsek Ngaringan dan petugas keamanan hutan dari BKPH Bandungsari dan KPH Purwodadi.

Kapolres Grobogan AKBP Drs Suko Rahardjo didampingi Kasat Serse AKP M Kietong mengatakan, setengah jam setelah kejadian, mayat korban dilarikan ke RSUD Purwodadi untuk diautopsi.

Mungkin karena itu, warga Dusun Kembang Kuning mengira Darsono hilang di hutan, sehingga beberapa warga mengaku sempat mengadakan pencarian di RPH Dorosemi. Kemarin sekitar pukul 14.00 WIB, mayat korban dibawa pulang dari RSUD ke rumah duka dengan dikawal petugas dan perangkat desa. (A23-76)



Penjarah dan Polhut Bentrok

Satu Tewas, Dua Luka Serius

BREBES-Bentrok antara ratusan penjarah dan 30 polisi hutan (polhut) KPH Balapulang, kemarin (26/9) terjadi di hutan petak 75 Desa Wlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes. Akibat kejadian itu, seorang yang diduga penjarah kayu tewas terkena tembakan senapan laras panjang jenis LE, dan dua polhut luka cukup serius dan harus menjalani perawatan di rumah sakit.

Korban tewas hingga kemarin belum diketahui identitasnya dan masih disimpan di kamar mayat RSU Brebes. Sejumlah petugas kepolisian Brebes meyakini, korban adalah warga Desa Wlahar yang tergabung dalam kelompok penjarah. Ciri-ciri korban, umur sekitar 45 tahun, rambut pendek, badan kurus, dengan luka tertembus peluru di punggung kanan.

Imbas kematian korban, kemarin siang sekelompok orang tak dikenal menyerbu tempat penimbunan kayu (TPK) Prupuk BKPH Larangan KPH Balapulang, yang terletak di pinggir jalan antara Slawi-Bumiayu. Mereka merusak kantor dan dua rumah Dinas Perhutani. Kaca jendela, peralatan kantor, termasuk komputer, diremuk dengan benda keras.

Ketika massa menyerbu TPK, petugas yang berjaga di kantor sudah melarikan diri. Massa yang datang jalan kaki berusaha mencari petugas Perhutani yang ada di kantor itu, tapi tidak menemukannya, sehingga yang menjadi sasaran kantor dan perabotan.

"Saya kabur ketika massa berjumlah ratusan orang menyerbu kantor ini," kata Sundoro, petugas penguji TPK. Massa membubarkan diri setelah petugas dari Polres Tegal dipimpin Kapolsek Margasari Iptu Karyono datang ke lokasi.

Kelompok massa di Desa Wlahar kemarin juga menyandera seorang mandor Perhutani yang berasal dari desa itu. Mandor yang belum diketahui identitasnya itu hingga semalam belum diketahui nasibnya. Namun untuk menyelamatkan mandor itu, Polres Brebes kemarin sore menerjunkan satu peleton Perintis, serta satu regu gabungan unit serse dan intel ke lokasi kejadian. Kedatangan petugas ke lokasi dibekali persenjataan lengkap, guna mengantisipasi berbagai kemungkinan.

Dipicu

Bentrok massa dengan polhut itu, menurut keterangan, dipicu oleh sekitar 30 polhut yang patroli di sekitar petak 75 hutan jati KPH Balapulang. Saat itu petugas memergoki sekelompok penjarah sedang menebang kayu, dan sebagian lagi sedang memotong-motong kayu jati curian. Melihat aksi penjarahan itu, petugas yang menggunakan truk No Pol H-9269-GG berhenti dan berusaha menangkap mereka.

Salah seorang dari penjarah bisa ditangkap, tapi kemudian melakukan perlawanan dengan senjata golok yang mereka bawa. Sehingga akhirnya petugas kewalahan dan penjarah itu melarikan diri. Tak jauh dari pelaku yang kabur, ternyata muncul sekitar dua ratus penjarah sedang menebang kayu jati dan sebagian lagi terlihat sedang memanggul kayu. Mereka bukannya takut terhadap petugas yang datang, tapi justru berusaha melawan.

Saat itulah terjadi bentrok. Petugas yang hanya menggunakan pentungan dan lima senjata laras panjang menjadi kewalahan, karena penjarah melawan dengan melemparkan batu. Melihat jumlah kelompok penjarah tak seimbang, Kepala BKPH Larangan Sularso memerintahkan anak buahnya mundur, dengan terlebih dahulu memberikan tembakan peringatan ke udara. Tapi tembakan ini pun tak dihiraukan, mereka malah terus maju menyerang ke arah polisi hutan yang hanya berjumlah 30 orang itu.

Dalam posisi terpepet dan jarak sudah berhadap-hadapan, seorang polisi hutan melepaskan tembakan kepada seorang penjarah, hingga akhirnya roboh di tempat. Sedangkan tak jauh dari korban yang roboh, polisi hutan bernama Jadi Kurniawan (29) dan Giyanto (37) yang berhadapan langsung dengan kelompok penjarah, terkena pukulan batu di kepala dan bagian badan lain. Dua petugas Perhutani itu sekarang dirawat di RS Bhakti Asih, Klampok Brebes, guna perawatan lebih lanjut.

"Saya ditolong teman-teman lain dalam kondisi darah bercucuran. Untuk melindungi saya, dibuat pagar betis oleh teman yang bersenjata," kata Giyono di Ruang UGD RSU Bhakti Asih, Brebes.

Sedangkan Wakapolres Kompol Drs Erfan Prasetyo bersama tim medis dari Polres dan dokter RSU Brebes, kemarin sore mengambil amunisi yang menembus perut korban. Amunisi itu akan dibawa ke laboratorium untuk mengetahui jenis, dan dari jarak berapa peluru itu ditembakkan.

Secara terpisah Kapolres AKBP Drs Bambang Purwanto SH MSi ketika dimintai konfirmasi atas bentrokan itu mengatakan, pihaknya tetap akan melakukan pengusutan sampai tuntas kejadian itu. Baik kepada penjarah kayu maupun polisi hutan yang melakukan penembakan hingga tewasnya penjarah.

Dalam menyelesaikan masalah ini, Kapolres berharap masyarakat tidak ikut terprovokasi atas tewasnya warga. Namun polisi akan tetap menyelesaikan setiap persoalan pelanggaran hukum, kendati yang melakukan oknum polisi hutan. "Masyarakat sebaiknya jangan terprovokasi dan bikin provokasi atas tewasnya seorang yang belum diketahui identitasnya ini," katanya.

Pada bagian lain, Kapolres mengatakan, pada patroli polhut sebelumnya selalu didampingi dan berkoordinasi dengan Polres. Dalam dua kali operasi dari Polres Brebes yang dipimpin langsung Wakapolres Erfan Prasetyo selalu tidak ada masalah. Bahkan, bisa mengamankan barang bukti 12 truk kayu jati. Namun untuk patroli kali ini tidak ada koordinasi dengan polisi. (wh,G12-64t)




  • Satu Tewas, Tiga Orang Luka- luka

KENDAL- Seorang oknum petugas PT Perhutani KPH Kendal berinisial Sdn menembak empat orang yang diduga sebagai penjarah kayu.

Penembakan terjadi di jalan setapak di tengah hutan Petak 47 B, (dikenal dengan blok Gembol) RPH Sojomerto Selatan, BKPH Sojomerto, KPH Kendal, Senin (28/7), sekitar pukul 08.00. Insiden itu menyebabkan satu orang tewas dan tiga orang lainnya menderita luka-luka.

Keempat korban yang tertembak diduga para tenaga buruh tebang kayu jati jarahan dan seorang sopir truk pengangkut kayu H-9314-FD. Korban tewas adalah buruh tebang Matius Sutino (25), warga Dukuh Pilangsari RT 05 RW 09, Desa Sidodadi, Patean, Kendal. Dia menderita luka tembak di bagian kepala. Sebutir peluru dari senjata standar milik petugas Perhutani jenis Pistol Metralium 1 (PR 1) mengenai kening sebelah kiri hingga tembus ke kanan. Hingga pukul 14.00 kemarin, jenazah Sutino masih berada di Rumah Sakit Ngesti Waluyo, Parakan, Temanggung.

Korban lainnya, Rohiyan (26), warga Dukuh Sapen RT 01 RW 09, Desa/Kecamatan Sukorejo, Kendal, sopir truk H-9314-FD terkena tembakan di paha bagian kiri. Hingga berita ini diturunkan korban masih dirawat di RSUD dr Soewondo, Kendal.

Dua korban luka tembak lainnya juga buruh tebang kayu. Mereka Karmiyo (40), dan temannya berinisial Gino (40). Masing-masing terserempet peluru di bagian pelipis sebelah kanan. Karmiyo masih dirawat di RS Ngesti Waluyo, sedangkan Gino diijinkan pulang dan dimintai keterangan oleh polisi.

Tembakan Peringatan

Keterangan yang dihimpun di lapangan menyebutkan, peristiwa itu berawal ketika dua petugas patroli PT Perhutani Kendal, Sdn dan Swd yang mengendarai sepeda motor memergoki truk H-9314-FD sedang mengangkut kayu jati. Truk itu melintas di jalan setapak tengah hutan, jalur Sojomerto-Cipluk. Kedua petugas itu menduga kayu-kayu jati tersebut hasil penjarahan dari hutan petak 52 F, RPH Tanjung, BKPH Sojomerto.

Ketika diperintahkan berhenti, sopir truk tidak mengindahkan. Truk terus melaju dan berbelok ke jalan menuju Dukuh Pilangsari. Karena tak mau berhenti, Sdn memberikan tembakan peringatan ke udara. Namun belum diperoleh kejelasan, apakah Sdn kemudian mengarahkan tembakan ke truk atau tidak.

Menurut seorang warga Dukuh Pilangsari, Roch (27), saat truk sudah berhenti, Sdn menembak beberapa kali ke arah truk. Akibatnya tiga buruh tebang yang berada di bak truk, Matius Sutino, Karmiyo, dan Gino tertembak. Sopir Rohiyan yang berusaha lari setelah keluar dari truk juga tak luput dari sasaran peluru.

Meski menderita luka tembak ketiga korban berhasil menyelamatkan diri. Dua petugas Perhjutani itu juga tidak berusaha mengejar. Ketiganya meninggalkan truk beserta muatan kayu jati, dan korban Matius Sutino yang diduga tewas di tempat kejadian tergeletak di atas truk. (G15-63)


Warga Tewas Ditembak, Massa Marah

GROBOGAN - Polisi Kedungjati, Grobogan, kemarin pukul 11.30 mendapat laporan dari warga Desa Prigi, Kecamatan Kedungjati bahwa di tengah jalan desa tersebut ditemukan sesosok mayat dengan dua luka tembak di bagian punggungnya.

Mayat ini dikenali bernama Jumeri (55), ditemukan dalam keadaan tengkurap tak jauh dari rumahnya. Diduga korban ditembak Ruslan, petugas keamanan hutan dari Resort Polisi Hutan (RPH) Desa Prigi. Akibat penembakan tersebut, massa marah dan membakar rumah dinas petugas RPH itu.

Belum diketahui berapa kerugian yang diderita Perhutani akibat pembakaran rumah dinas. Polisi bersama Perhutani masih berupaya membujuk massa supaya tak melanjutkan aksinya. Kabar penemuan mayat dengan luka tembak itu mengundang perhatian warga sekitar. Apalagi keluarga korban menangis histeris di dekat mayat.

Sebagian warga langsung melaporkan ke Polsek Kedungjati, warga yang lain mengadakan aksi balas dendam dengan cara membakar rumah dinas RPH. Begitu tiba di lokasi, polisi langsung membawa korban dengan ambulans ke RSUD Dr Soedjati Purwodadi untuk diautopsi.

Diperoleh keterangan, sekitar pukul 10.00, Ruslan, petugas RPH Prigi, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Tempuran, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Semarang berpatroli di hutan Petak 47 Desa Prigi.

Saat itu dia mendengar suara seseorang seperti sedang menebang pohon jati di hutan petak tersebut. Orang tersebut adalah Jumeri. Petugas RPH itu langsung mendekat dan memberikan tembakan peringatan. Tiba-tiba Jumeri lari tunggang langgang. Petugas mengejarnya sambil memberikan tembakan peringatan ke atas.

Diduga dalam keadaan terpepet, korban berhenti dan melawan petugas. Di saat itulah petugas memuntahkan dua timah panas dari senapan laras panjangnya dan mengenai punggung korban. Seketika korban jatuh dan meningggal di tempat kejadian. Pelaku kini diamankan di Mapolres Grobogan berikut senapannya.

Kasat Reskrim AKP Suyono bersama beberapa anak buahnya mengadakan olah tempat kejadian guna memperkuat bukti-bukti kejadian tersebut. (A23-60v)